Langsung ke konten utama

bosan jangan di pelira

sering kali kita merasa bosan, banyak tugas yg harus di selesaikan. kejar setoran, di kejar jadwal, setelah ini harus itu, pergi ke sana ke mari, angkat telfon berulang-berulang, di tambah lagi bikin laporan yg rumit. duhhh...pasti puyeng rasanya.
ya...itu mesti di basmi, jangan di pelihara. Na, yuk kita simak yg satu ini, bosan di jamin hilang !!
1. jangan menutup diri.
coba cari inisiatif, dengarkan kata hatimu. apa yg kamu inginkan ? dan lakukan. bisa jd undang teman2mu dan silahkan have fun bersamanya. pasti reda rasa bosannya.
2. perbanyak teman
memang teman selain jd teman dekat, tp mempunyai teman banyak juga sangat banyak manfaatnya. apalagi temannya kece2,gokil. seru tp juga kadang kala serius. asyikk tuh. klo kita bosan,  merekalah penghiburnya. so banyak teman. why not ???
3. pergi ke tempat yg mengasyikkan
wau...lebih menyenangkan tuh. apalagi pergi bersama teman dekat atau someone special cie cie....lalu coba cari tempat yg lapang dan terbuka dan teriaklah sekencang kencangnya. wah...masalah.penat serasa rontok semua. hehe
4. jatuh cinta !
silahkan ! ketika bosan menghadang. maka anda perlu sensasi baru. suasa baru. dan hati baru pula. coba mulai memperhatikan sekitarmu. rekan kerjamu, sahabatmu. teman sekelasmu, tentu ada yg menarik hati, ketika sudah begitu katakan bahwa kamu tertarik, dan nyaman. lakukan dengan ikhlas kawan.
5. apabila andai pegawai, maka ambillah cuti
yang namanya bosan, apalagi berangkat dari kegiatan2, rutinitas2 yg monoton, klo tetep di pelihara tentu akan berakibat fatal loh...anda pegawai misalnya terlalu banyak pekerjaan. capek. maka anda bisa ambil cuti untuk menenangkan diri dan memanjakan diri anda.
6. mendengarkan musik
ini merupakan cara yg mudah kawan. klo kita bosan. coba kita pergi ke kamar kita nyalakan musik, buka buku kumpulan lirik favorit, kita bernyanyi bersama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ketua umum IPPNU PP dari masa ke masa

1. Dra Hj umroh mahfudhoh (1955-1956) 2. Hj Basyiroh saimuri (1956-1960) 3. Hj machmudah Nachrowi (1960-1963) 4. Dra Hj Faridah Purnomo (1963-1966) 5. Dra Hj Machsanah Asnawi (1966-1976) 6. Dra Hj Ratu Ida mawaddah Noor (1976-1981) 7. Dra Hj Misnar ma'ruf Bachtiar (1981-1988) 8. Dra Hj Titien Asiah wahiduddin (1988-1996) 9. Dra Hj Ulfah Mashfufah (1996-1999) 10. Dra Hj Safira machrusah(1999-2003) 11. Ratu dian hatifah (2003-2006) 12. Siti Soraya Devi (2006-2009) 13. Hj Wafa Patria Umma (2009-2012) 14. margaret Aliyah Maimunah (2012-2015) 15. puti hasniyah (2015-2018)

di sini ada LOGIKA !

bismillah wal alhamdulillah... sejak sering berada di lingkungan organisasi kini ku sering mendengarkan dan berbica ra dengan teman2 mulai dari yg bermanfaat sampai tidak bermanfaat hehe..... tapi menurut ku tetap saja bermanfaat karna yg bernilai adalah kebersamaannya. sempat malam ini aku berfikir tentang logika. apa itu logika ? apakah logika selalu di kedepankan ketika berfikir? apakah anda yakin dg berlogika akan mendapatkan suatu kebenaran? Na...yuk kita belajar dari hadist. masih ingat dengan hadist ini kawan, "as sholatu imaadu ddin faman aqomaha faqod aqoomaddin faman tarookaha faqod hadaamaddin" yang katanya sholat itu sebagai tiang agama. bagimana kita bisa berlogika dengan pernytaan ini ?? maka, dengan mencari asbaabun nuzul dan asbaabul furudnya. kita bisa tau, mari kita hubungkan dengan hadist yg menjelaskan bahwa islam di bangun dengan 5 fondasi. di ataranya ada syahadat, sholat, zakat, puasa dan haji. maka ketika di hubungkan dengan sholat adalah tiang agama...

K.H. Idham Chalid

Menyebut nama Kiai Idham Chalid, ingatan kita tentu akan melayang pada gonjang-ganjing NU pada tahun 1982-1984, yang melahirkan sekaligus menghadapkan dua kubu tokoh-tokoh nahdliyyin: kubu Cipete dan kubu Situbondo. Konflik internal NU itu juga yang kemudian membuat Idham dianggap kontroversial. Bahkan ia dijuluki “politikus gabus”, karena dianggap  tidak memiliki pendirian. Tak banyak yang mau melihat sisi lain kebijakan-kebijakan Kiai Idham, yang sebenarnya sangat NU dan sangat Sunni. Sebagai politisi besar NU yang lihai, Idham memang memainkan dua lakon berbeda, sebagai politisi dan ulama. Sebagai politisi, ia melakukan gerakan strategis, dan bila perlu kompromistis. Sebagai ulama, ia bersikap fleksibel, tapi tetap tidak terlepas dari jalur Islam dan tradisi yang diembannya. Semua itu ia lakukan sebagai bagian dari upaya kerasnya menjaga stabilitas kalangan bawah nahdliyyin, yang menjadi tanggung jawabnya, agar selamat fisik dan spiritual melewati masa-masa gawat tran...