Suasananya ramai sekali disini, kami yaitu aku, angga, ibad (dogog), chandra, kak anang, kak as, dan mbah geng (sugeng) sedang berkumpul di rumah kesayangan kami pangean, kami sedang bersiap-siap menghadiri undangan dari ranting parengan yang kala itu sedang mengadakan makesta (masa kesetiaan anggota).
“Ayo Berangkat ‼” ucapku yang sudah siap mengenakan jersi kebesaran PAC, bener-bener kebesaran. Udah kaya gembel yang rambutnya kumel
“sek to santai ” sahut angga.
Yang ahirnya aku meng ia kan saja mengingat kami semua adalah tipe orang teladan atau lebih tepatnya telatan. Aku dan angga pun berahir di sebuah bantal empuk memandang artis FTV.
“ayo, wes jam piro iki ? ” kata ibad.
“sek gog nyatai ” ucap angga bela diri, dan berahir dengan ibad dan candra yang ikut menyimak alaynya FTV. Hingga menggenapkan telatan kami menjadi telatan3.
kami berangkat, Lima menit berlalu dengan menggenggam gas dan menginjak tuas gigi, eh lupa motor aku matic ?. kami sampai di lokasi jam 15.00 wib. Dan seperti yang kami kira para peserta baru terkumpul tak lebih dari satu lusin yang semuanya adalah panitia pelaksana. Di aula yang kira-kira cukup buat kandang 30 ekor kambing ini di hias rapi dengan backdrop yang terpampang gagah di depan.
Tak berapa lama acara di mulai, Seperti biasa kami mulai cari inceran (cewek) dalam sekmen ini, sebab terpengaruh stant up raditya dika yang menyimpulkan bahwa cuma ada dua macam cowok, yaitu bajingan dan homo, meskipun ini hanya candaan belaka entah kenapa kami semua seolah terbius hingga saat ada salah satu dari kami tidak punya selingkuhan berarti kami bukan bajingan atau sama dengan kami homo. Sejak saat itulah kami tak pernah membuang kesempatan tuk menunjukan bahwa kami bajingan tulen dan bukan homo dengan cari cewek sebanyak mungkin.
Saat break sesudah upacara pembukaan aku melihat angga dan ibad kasak kusuk membicarakan sesuatu.
“aku seng kae ! ” bisik ibad pada angga dan candra.
“aku seng kae !” angga tak kalah antusias menyeleksi peserta cewek yang setidaknya lulus standart SNI. Entah kenapa si candra tak pernah ambil bagian dalam hal ini, dan kami pun tak pernah meledek ia sebagai homo karena memang ini lebih menyangkut pada harga diri (mungkin).
“ayo amu milih endi ? Disik-disikan oleh nomere yo ? ” Aku yang mendengar bisikan mereka ikut nimbrung dalam pembicaraan. Seperti biasa aku tak tertarik pada hal tersebut namun selalu ikut berkompetisi dalam lomba sialan ini hahaha.
angga dan ibadpun saling tunjuk inceran dan aku hanya mengincar yang mereka incar.
“ok,” jawab angga dan ibad.
Dan persaingan di mulai dengan peserta sebagai berikut : angga, cowok yang cukup menarik bagi cewek-cewek (mungkin), soalnya dia yang menurut ku paling punya banyak mantan dan selingkuhan. Angga adalah remaja kurus yang lumayan ganteng dengan tipe rapi dan perfecsionis dengan gaya rambut stilish ala anak sma gaul masa kini.
Pesaing ke dua yaitu ibad, kami biasa menyebutnya dogog, dia remaja yang terbilang cukup lumayan juga bedanya dengan angga ibad lebih atletis dengan gaya rambut cepak tentara dan pakaian rapi. Ibad saat itu memiliki dua pacar yaitu mbok enom dan mbok tuwo.
Pesaing ke tiga yaitu aku, remaja kurus, item dengan rambut kriting acak-acakan, aku terlampau jauh dari angga dan ibad bila di ukur dengan ganteng meter normal. Bila angga dan ibad selalu berpakaian necis bagai fasionista, aku lebih terlihat seperti gembelnista, pakaianku kayak gembel dan aku nista.
Pesaing ke empat ialah candra, namun seperti orang normal lain berburu nomer hp bukanlah hal yang penting hingga candra mengundurkan diri.
Aku memulai rencana dengan pasti, saat itu yang aku incar atau lebih tepatnya salah satu dari yang angga dan ibad incar adalah cewek judes yang lumayan cantik atau bisa di sebut cantik banget oleh sebagian orang, saat itu dia sedang memakai kerudung orange yang menutup sebagian wajahnya yang anggun, ceileh... gaya berpakaiannya mirip dengan rumanah di sinetron tukang sayur naik haji, namanya vivi.
Vivi adalah anak dari guru ku (pak tambi), juga adik kelasku saat smp di smp wahas. Dan dia mengenalku.
Meskipun aku mengenal vivi dan vivi mengenalku tentunya. Tapi tak seperti meminta nomer pada cowok, meminta nomer pada cewek selalu berbelit-belit. Udah kaya ngurus e ktp di kecamatan, birokrasi meminta nomer pada cewek tak akan semudah itu, penuh dengan halangan rintangan yang membentang. Kita juga butuh alasan kuat untuk mendapatkan kontak si cewek, terlebih cewek selalu punya pertanyaan yang selalu sama sejak nabi adam minta nomor hp ibu hawa.
“nomerku buat apa?” padahal nenek pikun juga tau kalo nomer hp gunanya buat di sms dan telfon. Namun seperti lagu lama yang tak pernah di improf, pertanyaan tersebut selalu di ulang dan di ulang. Entah dengan tujuan jual mahal atau memang tak ingin memberikan nomor, namun seringkali berahir dengan keberhasilan bagi kami.
Sesuai rencana, aku mulai jeprat-jepret dengan nikon d3100 ku, ini merupakan jurus rahasia dimana jurus ini di gunakan pasti akan ada minimal satu nomor hp tersimpan dalam kontak hpku. Hehehe.
Jepret, aku memotret vivi dan satu lagi cewek item manis yang saat itu berada di sampingnya. Cewek itu bernama nabila atau lengkapnya fitri nabilah, lahir di lamongan tanggal 22 januari 1998, sekolah di smpn 1 maduran, dia salah satu perwakilan ippnu desa siwuran (eh kok lengkap banget).
Lanjut ke misi dapet nomernya vivi, aku menghampiri vivi dan nabila yang saat itu duduk berdampingan saat istirahat setelah solat maghrib.
Aku menghampiri viv dan bertanya sok akrab.
“mbak, pian kenal sama cewek ini gak?” sembari menunjukkan fotonya sendiri.
“kenal, lapo toh?” vivi mulai senyum kaya ngeliat orang gila.
“aku lho pengen kenal sama dia, boleh minta nomor hpnya?” aku belagak bego sambil memberikan hpku (hp nokia hitam putih yang sudah tak utuh dan hanya di satukan oleh selotip putih di seluruh permukaannya)
vivi pun menerimanya dan menuliskan nomor hpnya, hehehe sukses !.
Sukses dengan vivi, aku melirik nabila dan menggunakan jurus jitu yang sama yang di respon positif oleh nabila, huhu satu kali dayung dua samapai tiga hari capeknya gak ilang-illang (gaak nyambuung woe).
Sedikit bocoran, nabila adalah cewek sial yang aku taksir di beberapa bab kedepan.
Usai merampungkan misi aku menengok keadaan teman-temanku yang tengah berusaha keras mendapat nomer sang cewek inceran. Meskipun pada ahirnya kami gak pernah menelfon atau sms sang inceran, perlombaan ini selalu asik kami lakoni kaya orang bego hahaha.
“udah dapet bad?” tanyaku pada ibad.
“durong wook !” jawab ibad.
“kamu ngga ? Udah dapat ?” tanyaku lagi.
“belum juga, amu ?” jawab angga.
“anam” sambil menyeret lenngan baju bulukku sendiri dengan sok keren.
Pembicaraan kami berahir saat kak anang menugaskan kami mengawal kelompok peserta.
Aku satu kelompok dengan nabila dan vivi, angga satu kelompok dengan cewek incerannya, begitupun ibad dan candra.
Seperti biasa, tak hanya dalam cari cewek inceran, dalam kekompakan dan semangat kelompokpun kami tak ada yang mau mengalah dalam apapun. Kami semua beradu semangat sampai malam memisahkan kami di hari pertama makesta ini. Saatnya tidur.
*****
hari ke dua makesta.
Hari kedua ini di mulai dengan ayam berkokok jam 05.00 wib. dan membangunkan kami sholat subuh. Sepertinya ayamnya tidur kemaleman gara-gara mendengar kami berisik sampai larut malam. Hari ini rangkaian kegiatan makesta di isi oleh materi sampai sore menjelang.
Jam 15.30 wib.
Petaka terjadi, ada seorang cewek gendut kesurupan pada saat istirahat berlangsung, gak kalah seru sama acara dunia lain tr*ns 7.
dia teriak-teriak sambil guling guling dan bersuara seperti macan ngamuk, tapi malah kelihatan kaya babi berkubang minta makan.
Kami semua panik gak karuan sambil megangin si babi ngamuk tadi. Sampai salah satu dari kami memanggil orang pinter dan si cewek berhasil di sadarkan dengan sapu tangan hitam dengan tulisan arab.
namun berita bagusnya kesurupan ini mengawali rangkaian kesurupan lainnya.
Jam 00.00 wib. Seluruh peserta di bangunkan untuk menjalani renungan malam.
Peserta tengah berbaris sesuai kelompok di lapangan dengan mata tertutup slayer, entah kenapa semua panitia mendadak gahar bak setan kesurupan. Mereka membentak seluruh peserta mulai dari kesalahan besar sampai yang terkecil, mulai dari tidak membawa slayer, sampai bicara pun menjadi sasaran kemarahan panitia.
“gimana bad, udah dapet nomernya?” tanyaku pada ibad.
“durung nam!” jawab ibad.
“lha, iki kesempatan, nha dadi pembina damping!” lanjutku.
Setiap kelompok di bimbing oleh satu pembina damping yang akan menuntun mereka melewati rute yang telah di siapkan panitia, di antara rute tersebut kita melewati kuburan. Apa gunanya melewati kuburan dengan mata tertutup ? Toh mereka juga gak bakal tahu kalau mereka di lewatin kuburan.
Ibad saat ini sedang melanjutkan misi mengulik nomer hp dari cewek yang dia incar dalam permainan kami, dia menggandeng cewek yang dia incar. Cewek yang ibad incar adalah cewek cantik yang agak tinggi setinggi tiang listrik (eh nglantur) kalo gak salah dia dari ranting parengan, kalau namanya sampai sekarang masih tidak di ketahui. Sebut saja bunga.
Sepanjang perjalanan ibad menggandeng tangan bunga sembari kasak kusuk entah apa yang mereka bicarakan, Ibad merupakan tipe cowok yang agak pemalu kalo bertemO.u muka di depan cewek. Namun saat ini ibad bagai menerjang rasa malunya.
Aku yang penasaran menghampiri ibad, dia sedang bertepuk tangan mengerjai si cewek inceran, saat itu si bunga di biarkan sendirian dengan mata yang masih tertutup slayer, dan ia harus mengikuti suara tepukan tangan ibad demi sampai pada tujuan.
“kamu delegasi dari mana dek?” tanya ibad pada bunga.
“dari perengan kak” jawab bunga.
Sebenarnya ibad bertanya nama asli dari bunga, namun aku lupa jadi tetap saja aku menyebutnya bunga.
“bad, minta sendalnya?” kata ku pada ibad.
“gae opo wok?” tanya ibad penasaran.
“nanti pasti dia cari kamu, buat minta sandalnya lagi.! Nha kamu bilang kalau mau sandalnya kembali harus ngasih nomer hp.! Gimana?” jawabku sok tahu.
Sampai tiba-tiba ada suara tangisan dari salah satu peserta yang duduk melungkar dengan mata yang masih tertutup di halaman sekolah TK , Hingga ibad urung meminta sendal sang pujaan.
“huhuhuhuhu” salah satu peserta menangis.
Yang tak lama kemudian di susul oleh puluhan peserta lainnya, hingga ada beberapa bapak-bapak yang membantu menyadarkan para peserta. Dab satu persatu peserta sadar.
Saat ada satu peserta yang sadar peserta tersebut akan langsung di bawa menuju aula tempat kami melaksanakan acara kemarin.
“kamu udah gak papa?” kata mbak nida pada salah satu peserta yang di tuntun menuju aula yang berjarak agak jauh dari TK tadi.
“gak mbak!” jawabnya.
Yang tak lama berselang setelah itu dia kembali terkapar dan menangis histeris.
“HWAAAAAAAA” dia menangis lepas.
“heeh metuuu ! ” bentak kak rudi yang saat itu mungkin sudah geram karena terlalu banyak dosis kesurupan dalam satu hari.
“huuuuuuuu” dia tetap saja menangis.
Kak rud yang semakin geram melepas sepatu cewek yang kesurupan tadi dan menjejalkan kaus kakinya pada si cewek. Dan anehnya si cewek tersadar. Dan secara gak langsung aku mengerti kekuatan tersembunyi kaus kaki, yaitu menyadarkan orang kesurupan. Dan kami semua kembali ke aula setelah selesai berjerit malam sampai pagi.
Sesampai kami di aula kami sholat subuh berjamaah dan di lanjutkan dengan sarapan bersama.
Mungkin kalian orang yang tak mengerti dan mengenal kami akan menilai kami sebagai orang-orang yang numpang popularitas dalam ke agungan IPNU-IPPNU, remaja yang numpang cari pacar dengan berlindung di balik kata perjuangan tanpa pamrih.
Yaah, tak sepenuhnya di salahkan, banyak dari kami yang memang numpang populer di balik ke dikdayaan organisasi yang di rintis oleh KH. Tolhah Mansyur dan istrinya 61 dan 60 tahun yang lalu ini.
Namun, mohon anda pikirkan lagi.
Komentar
Posting Komentar